Selasa, 25 Juni 2013

Dimensi Filsafat Ilmu


Dimensi Filsafat Ilmu
 Dimensi adalah sebuah sistem yang diukur dari kemungkinan gerak bebasnya.  Misalnya saja ketika ada kemungkinan gerak hanya ke depan dan ke belakang dia disebut dimensi satu, sedangkan ketika dia bisa ke atas dan ke bawah maka dia disebut dua dimensi. Dalam kenyataannya kita adalah makhluk yang hidup di tiga dimensi plus waktu.
Dimensi Nol. Dimensi nol adalah titik. Bukan dalam pengertian dari dimensi lain, karena titik dalam dimensi lain bisa jadi memiliki panjang, lebar bahkan tinggi. Tapi titik sempurna. Dimensi ini disebut dimensi nol karena dalam sistem ini tidak bisa bergerak ke manapun. Mungkin pilihan yang ada bagi sebuah titik adalah ada dan tidak ada.  Selanjutnya ketika kita tarik garis maka kita mendapatkan satu dimensi. Dalam satu dimensi sistem ini memiliki satu kebebasan yaitu gerak ke kiri dan ke kanan. Sebuah titik, dia bisa bergerak dengan bebas ke posisi manapun dalam garis. Sebuah garis yang kecil misalnya bisa bergerak ke kanan dan ke kiri dan berhenti di posisi manapun di dimensi ini. Namun bagaimanapun mereka bergerak mereka tak akan bisa bergerak seperti gerak dimensi lain yaitu atas bawah.
Selanjutnya adalah dua dimensi. Dalam dimensi ini ditambah kebebasan untuk gerak ke atas dan ke bawah. Contoh dari benda yang memiliki dimensi ini adalah gambar kubus atau segitiga. Mereka bisa bergerak bebas dalam suatu hamparan bidang dua dimensi, seperti sebuah kertas.
Tiga dimensi adalah tempat kita hidup. Dimensi ini memiliki panjang, lebar dan tinggi. Dalam dimensi ini gerak menjadi lebih bebas. Kita bisa bergerak ke atas, bawah – kiri,kanan – depan belakang. Ada tiga tipe gerak yang bisa kita lakukan. Namun seperti makhluk bidang lainnya seharusnya kita tak mampu melampaui bidang dimensi kita.
Pengertian filsafat ditinjau pada dimensinya. Ada empat tataran yang mendefinisikan filsafat sesuai dengan dimensinya. Pertama adalah tataran spiritual. Pada tataran spiritual, filsafat adalah rakhmat dan karunia Tuhan. Kedua adalah tataran filsafat atau tataran normatif. Pada tataran normatif filsafat adalah sumber-sumber ilmu , macam-macam ilmu dan pembenaran ilmu. Maka pada tataran ini filsafat adalah pikiran para filusuf meliputi metode berpikir dan pembenarannya. Pada tataran ini pula, filsafat tidak lain tidak bukan adalah epistemologi itu sendiri. Ketiga adalah tataran formal. Pada tataran formal filsafat merupakan berbagai macam ilmu pengetahuan yang meliputi ilmu – ilmu bidang. Keempat adalah tataran material, yang menjelaskan bahwa filsafat akan menghasilkan suatu karya berupa ilmu pengetahuan beserta dampak-dampaknya.
Jangkauan filafat ilmu apabila ditinjau dari paradigma keluasannya ada beberapa dimensi yang bisa menjadi cakupan kajiannya. Pertama, dimensi ilmu yang bersifat reflektif abstrak dan formal tersir dari dua: dimensi filsafat dan dimensi logis. Dari sudut tinjauan filsafat maka ilmu dapat dipandang sebagai suatu pandangan dunia (world view) atau nilai manusiawi (human value). Tinjuan dari sudut logika membahasa internal consistensi pada proposisi-proposisi ilmu atau menekankan hampir formal yang menurut Albert Einstein, tujuan segala ilmu, entah ilmualam atau psikologi adalah mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman kita dan menjadikan pengalaman tersebut menjadi pengalaman logis. Dimensi ilmu lainnya yang berpangkal pada aspek realitas di dunia adalah: cultural dimension (dimensi kebudayaan), historical dimension (dimensi sejarah), humanistic dimension (dimensi kemanusiaan), recreational dimension(dimensi rekreasi), dan system dimension (dimensi sistem).
Sedangkan dimensi filsafat ilmu yang sering menjadi kajian secara umum yaitu meliputi tiga hal: dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Ketiganya merupakan cakupan yang meliputi dari keseluruhan–keseluruhan pemikiran kefilsafatan. Dimensi yang pertama, membahas dan mengetahui tentang asas-asas rasional dari yangada, mengetahui esensi dari yang ada. Ontologi merupakan cabang filsafat yang menggeluti tata dan sruktus realitas dalam arti seluas mungkin. Dimensi epistemologi menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang menelaah hakikat, jangkauan, pengandaian dan pertanggungjawaban pengetahuan. Sedangkan dimensi aksiologi berusaha mengetahui hubungan antara ilmu dan etika yang mempertanyakan mengenai nilai-nilai yang dijadikan sebagai kunci keputusan dan tindakan manusia. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki hakikat nilai, etika dan estetika ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Pemahaman terhadap ketiga dimensi di atas sangat penting, karena merupakan pokok pemahaman dari kerangka pemikiran filsafati.
Untuk menyelami filsafat secara lebih dalam (intensif) dan lebih luas (ekstensif), perlu melakukan suatu perjalanan imajiner. Melakukan suatu perjalanan filsafat imajiner layaknya kita mengadakan rekreasi ke suatu tempat wisata.  Banyak hal menarik di sana yang masih belum kita ketahui dan harus kita ketahui setelah kita melakukan perjalanan. Sekalipun setelah perjalanan dilakukan kita masih belum tahu, itulah sebenar benarnya keterbatasan pikiran kita. Ketika perjalanan filsafat imajiner dilakukan, kita harus berpikir intensif yakni berpikir sedalam-dalamnya dan berpikir ekstensif yakni berpikir seluas-luasnya untuk masuk dan mendalami dunia filsafat yang sesungguhnya selama dalam koridor ruang dan waktu. Dunia filsafat di sini adalah dunia para filusuf. Perjalanan ini hanya ada dalam angan pikiran kita karena sebenar-benarnya dari perjalanan ini adalah imajiner.
Kajian Filsafat bersifat intensif dan ekstensif. Intensif maksudnya adalah dalam sedalam-dalamnya sampai tidak ada yang lebih dalam. Ekstensif artinya luas seluas-luasnya. Walaupun intensif dan ekstensif adalah “dalam” dan “luas” dalam khasanah kemampuan manusia, tetapi pengertian demikian serta-merta langsung dapat berbenturan dengan kaidah Agama. Oleh karena itu mempelajari filsafat tidaklah terbebas dari ketentuan-ketentuan. Memelajari Filsafat hendaknya tidak bersifat parsial, tetapi bersifat komprehensif dan holistik. Mengomunikasikan Filsafat hendaknya sesuatu dengan ruang, waktu dan konteksnya. Mempelajari Filsafat hendaknya dilandasi keyakinan dan akidah spiritualitas yang kokoh. Filsafat adalah pikiran para Filsuf, maka mempelajari Filsafat adalah mempelajari pikiran para Filsuf.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Billy Yanuar Wijaya. (2010). Sejarah dan Perkembangan Filsafat dari Masa ke Masa.[online].
Budi Setiawan. Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat : Suatu Pengantar ke Arah Filsafat Ilmu. [online]
Gie, The Liang, Pengantar Filsafat ilmu, Yogyakarta: Liberti Yogyakarta, 2000.
Lina Dwiaris. (2012). Sejarah Perkembangan Filsafat. [online]. (http://linadwiariss.blogspot.com/2012/10/ sejarah-perkembangan-filsafat-dari.html)
http://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Barat
http://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Timur
Surajiyo, Drs. (2005). Ilmu Filsafat suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubair, Achmad Charris, Dimensi Etik dan Esketik Manusia Kajian Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Lesfi., 2002.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar