Dimensi Filsafat Ilmu
Dimensi adalah sebuah sistem yang diukur dari kemungkinan
gerak bebasnya. Misalnya saja ketika ada
kemungkinan gerak hanya ke depan dan ke belakang dia disebut dimensi satu,
sedangkan ketika dia bisa ke atas dan ke bawah maka dia disebut dua dimensi.
Dalam kenyataannya kita adalah makhluk yang hidup di tiga dimensi plus waktu.
Dimensi Nol. Dimensi nol adalah titik. Bukan dalam pengertian
dari dimensi lain, karena titik dalam dimensi lain bisa jadi memiliki panjang,
lebar bahkan tinggi. Tapi titik sempurna. Dimensi ini disebut dimensi nol
karena dalam sistem ini tidak bisa bergerak ke manapun. Mungkin pilihan yang
ada bagi sebuah titik adalah ada dan tidak ada.
Selanjutnya ketika kita tarik garis maka kita mendapatkan satu dimensi.
Dalam satu dimensi sistem ini memiliki satu kebebasan yaitu gerak ke kiri dan
ke kanan. Sebuah titik, dia bisa bergerak dengan bebas ke posisi manapun dalam
garis. Sebuah garis yang kecil misalnya bisa bergerak ke kanan dan ke kiri dan
berhenti di posisi manapun di dimensi ini. Namun bagaimanapun mereka bergerak
mereka tak akan bisa bergerak seperti gerak dimensi lain yaitu atas bawah.
Selanjutnya adalah dua dimensi. Dalam dimensi ini ditambah
kebebasan untuk gerak ke atas dan ke bawah. Contoh dari benda yang memiliki
dimensi ini adalah gambar kubus atau segitiga. Mereka bisa bergerak bebas dalam
suatu hamparan bidang dua dimensi, seperti sebuah kertas.
Tiga dimensi adalah tempat kita hidup. Dimensi ini memiliki
panjang, lebar dan tinggi. Dalam dimensi ini gerak menjadi lebih bebas. Kita
bisa bergerak ke atas, bawah – kiri,kanan – depan belakang. Ada tiga tipe gerak
yang bisa kita lakukan. Namun seperti makhluk bidang lainnya seharusnya kita
tak mampu melampaui bidang dimensi kita.
Pengertian filsafat ditinjau
pada dimensinya. Ada empat tataran yang mendefinisikan filsafat sesuai dengan
dimensinya. Pertama adalah tataran spiritual. Pada tataran spiritual, filsafat
adalah rakhmat dan karunia Tuhan. Kedua adalah tataran filsafat atau tataran
normatif. Pada tataran normatif filsafat adalah sumber-sumber ilmu ,
macam-macam ilmu dan pembenaran ilmu. Maka pada tataran ini filsafat adalah
pikiran para filusuf meliputi metode berpikir dan pembenarannya. Pada tataran
ini pula, filsafat tidak lain tidak bukan adalah epistemologi itu sendiri.
Ketiga adalah tataran formal. Pada tataran formal filsafat merupakan berbagai
macam ilmu pengetahuan yang meliputi ilmu – ilmu bidang. Keempat adalah tataran
material, yang menjelaskan bahwa filsafat akan menghasilkan suatu karya berupa
ilmu pengetahuan beserta dampak-dampaknya.
Jangkauan filafat ilmu
apabila ditinjau dari paradigma keluasannya ada beberapa dimensi yang bisa
menjadi cakupan kajiannya. Pertama, dimensi ilmu yang bersifat reflektif
abstrak dan formal tersir dari dua: dimensi filsafat dan dimensi logis. Dari
sudut tinjauan filsafat maka ilmu dapat dipandang sebagai suatu pandangan dunia
(world view) atau nilai manusiawi (human value). Tinjuan
dari sudut logika membahasa internal consistensi pada
proposisi-proposisi ilmu atau menekankan hampir formal yang menurut Albert
Einstein, tujuan segala ilmu, entah ilmualam atau psikologi adalah
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman kita dan menjadikan pengalaman tersebut
menjadi pengalaman logis. Dimensi ilmu lainnya yang berpangkal pada aspek
realitas di dunia adalah: cultural dimension (dimensi
kebudayaan), historical dimension (dimensi sejarah), humanistic
dimension (dimensi kemanusiaan), recreational dimension(dimensi
rekreasi), dan system dimension (dimensi sistem).
Sedangkan dimensi
filsafat ilmu yang sering menjadi kajian secara umum yaitu meliputi tiga hal:
dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Ketiganya
merupakan cakupan yang meliputi dari keseluruhan–keseluruhan pemikiran
kefilsafatan. Dimensi yang pertama, membahas dan mengetahui tentang asas-asas
rasional dari yang – ada, mengetahui esensi dari yang ada. Ontologi merupakan cabang filsafat yang menggeluti tata dan sruktus
realitas dalam arti seluas mungkin. Dimensi epistemologi menyelidiki asal mula, susunan,
metode-metode dan sahnya pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari
filsafat yang menelaah hakikat, jangkauan, pengandaian dan pertanggungjawaban
pengetahuan. Sedangkan
dimensi aksiologi berusaha mengetahui hubungan antara ilmu dan etika yang
mempertanyakan mengenai nilai-nilai yang dijadikan sebagai kunci keputusan dan
tindakan manusia. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki
hakikat nilai, etika dan estetika ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Pemahaman terhadap ketiga
dimensi di atas sangat penting, karena merupakan pokok pemahaman dari kerangka
pemikiran filsafati.
Untuk menyelami filsafat
secara lebih dalam (intensif) dan lebih luas (ekstensif), perlu melakukan suatu
perjalanan imajiner. Melakukan suatu perjalanan filsafat imajiner layaknya
kita mengadakan rekreasi ke suatu tempat wisata. Banyak hal menarik
di sana yang masih belum kita ketahui dan harus kita ketahui setelah kita
melakukan perjalanan. Sekalipun setelah perjalanan dilakukan kita masih belum
tahu, itulah sebenar benarnya keterbatasan pikiran kita. Ketika perjalanan
filsafat imajiner dilakukan, kita harus berpikir intensif yakni berpikir
sedalam-dalamnya dan berpikir ekstensif yakni berpikir seluas-luasnya untuk
masuk dan mendalami dunia filsafat yang sesungguhnya selama dalam koridor ruang
dan waktu. Dunia filsafat di sini adalah dunia para filusuf. Perjalanan ini
hanya ada dalam angan pikiran kita karena sebenar-benarnya dari perjalanan ini
adalah imajiner.
Kajian Filsafat bersifat
intensif dan ekstensif. Intensif maksudnya adalah dalam sedalam-dalamnya sampai
tidak ada yang lebih dalam. Ekstensif artinya luas seluas-luasnya. Walaupun
intensif dan ekstensif adalah “dalam” dan “luas” dalam khasanah kemampuan manusia,
tetapi pengertian demikian serta-merta langsung dapat berbenturan dengan kaidah
Agama. Oleh karena itu mempelajari filsafat tidaklah terbebas dari
ketentuan-ketentuan. Memelajari Filsafat hendaknya tidak bersifat parsial,
tetapi bersifat komprehensif dan holistik. Mengomunikasikan Filsafat hendaknya
sesuatu dengan ruang, waktu dan konteksnya. Mempelajari Filsafat hendaknya
dilandasi keyakinan dan akidah spiritualitas yang kokoh. Filsafat adalah
pikiran para Filsuf, maka mempelajari Filsafat adalah mempelajari pikiran para
Filsuf.
DAFTAR PUSTAKA
Billy
Yanuar Wijaya. (2010). Sejarah dan Perkembangan Filsafat dari Masa ke
Masa.[online].
Budi
Setiawan. Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat : Suatu Pengantar ke
Arah Filsafat Ilmu. [online]
Gie, The Liang, Pengantar Filsafat
ilmu, Yogyakarta: Liberti Yogyakarta, 2000.
Lina
Dwiaris. (2012). Sejarah Perkembangan
Filsafat. [online]. (http://linadwiariss.blogspot.com/2012/10/
sejarah-perkembangan-filsafat-dari.html)
http://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Barat
http://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Timur
Surajiyo,
Drs. (2005). Ilmu Filsafat suatu
Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubair, Achmad
Charris, Dimensi Etik dan Esketik Manusia Kajian Filsafat Ilmu,
Yogyakarta: Lesfi., 2002.